Interpretasi Citra Satelit IR MTSAT, Saat Hujan Lebat Pada Musim Kemarau di Wilayah Banjarbaru Kalsel
Juli 27, 2009 at 8:51 am (Citra Satelit MTSAT) (banjarbaru, citra satelit, downdraft, infra red(ir), kalimantan selatan, mtsat, suhu puncak awan, timeseries)
by Dee
Berikut adalah Looping Citra satelit Infra Red MTSAT per satu jam pada tanggal 24 juli 2009 jam 08.00 – 18.00 Wita.
Ini di ambil pada saat kejadian hujan lebat di Wilayah Banjarbaru Kalimantan Selatan, hujan terjadi pada sore hari mulai pukul 16.00 Wita.
..
Dari Looping di atas terlihat pergerakan cakupan awan, pertumbuhan awan terlihat terjadi di laut jawa pada pagi hari, kemudian berkembang dan bergerak memasuki wilayah kalimantan selatan. ini juga di tunjang dengan proses konveksi di siang harinya.
Di atas ini merupakan looping citra satelit disertai kontur suhu puncak awan di wilayah Banjarbaru Kalimantan Selatan. Dari kontur tersebut terlihat adanya timeseries suhu puncak awan yang mengindikasikan ketebalan awan. Semakin dingin suhu tersebut awan semakin menjulang tinggi.
Berikut grafik Timeseries suhu puncak awan di Wilayah Banjarbaru (3.40 S – 114.92 E)
Dari Grafik di atas, terlihat suhu puncak awan mencapai -60 C. Hal ini mengindikasikan bahwa pada saat itu awan yang terbentuk pada wilayah tersebut menjulang tinggi. Data tersebut linier dengan terjadinya hujan lebat di sertai angin kencang di wilayah tersebut.
Kesimpulan :
Terjadinya Hujan Lebat disertai angin kencang dan petir dapat diprediksi dengan memonitoring citra satelit dan suhu puncak awan. Suhu puncak awan dapat mengindikasikan ketebalan awan. Semakin dingin suhu tersebut semakin menjulang tinggi awan yang terbentuk. studi kasus di atas suhu puncak awan mencapai -60 C, ini dapat menyebabkan hujan lebat disertai angin kencang di Wilayah tersebut. Ini terjadi pada saat pertumbuhan awan berakhir maka sudah tidak adanya udara ke atas (updraft), sehingga hanya ada udara ke bawah (downdraft). Downdraft maksimum terjadi di dasar awan dengan perubahan suhu semakin dingin dan perubahan tekanan semakin rendah yang cepat. Downdraft inilah yang dikenal sebagai angin kencang atau gusty.
referensi
ftp:/mtsat.bmg.go.id
ANALISA HUJAN EKSTRIM DI BANJARBARU
Maret 11, 2009 at 11:18 am (CUACA DAN IKLIM) (banjarbaru, citra satelit, hujan ekstrim, kalimantan selatan, pola tekanan)
|
||||
ANALISIS HUJAN EKSTRIM ( 46.7 mm/hari) DI STAKLIM BANJARBARU
PADA TANGGAL 9-10 MARET 2009
oleh : D. Handiana
Hujan terjadi pada malam hari ini diakibatkan oleh banyaknya pertumbuhan awan di Wilayah Banjarbaru, terlihat dari data di Staklim Banjarbaru (form Me 48 tgl 9 maret). Banyaknya pertumbuhan awan yang menghasilkan hujan lebat yang cukup lama ini diakibatkan oleh beberapa faktor :
1. Skala regional
Terdapat adanya gangguan cuaca yaitu adanya pertemuan/pengumpulan masa udara dari Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan (konvergensi) di sekitar wilayah Laut Jawa – Kalimantan Selatan. (Lihat gambar 1.1). Adanya pertemuan massa udara tersebut dapat memperkuat mekanisme pembentukan awan
Gambar 1.1 medan angin 3000 feet tanggal 9 maret 2009 dan normal medan angin bulan maret
Gambar 1.2 data medan angin 3000 feet (www.bom.gov.au)
Adanya pertemuan massa udara tersebut, terlihat pada medan angin karena adanya Pusat Tekanan rendah yang kuat (Tropical Cyclone Hamish 948mb) sehingga semua massa udara tertuju pada Pusat tekanan tersebut. Adanya Pusat Tekanan Tinggi (High) di BBU dan Adanya Pusat Tekanan Rendah di Sebelah Barat Daya Jawa mengakibatkan terjadinya pertemuan massa udara yang memanjang di sekitar wilayah Laut Jawa menuju Pusat Tekana Rendah di sebelah timur Australia.
2. Proses Konvektif
Suhu konvektif yaitu besarnya suhu udara permukaan yang diperlukan untuk proses pengangkatan parcel udara secara konvektif yang diperoleh dari pemanasan matahari pada lapisan permukaan tanah. Pertumbuhan awan yang terjadi selain karena pertemuan massa udara tersebut, di akibatkan pula oleh proses konvetif. Ini terlihat dari data suhu permukaan yang mencapai 30.2 °C dan ditandai oleh adanya awan – awan Cummulus yang merupakan awan konvektif.
3. Data Kelembaban (RH) Permukaan
Kelembaban/ Humidity (RH) merupakan jumlah uap air yang dikandung dalam atmosfer. Uap air menyimpan energi yang sangat besar dalam proses pembentukan awan di Atmosfer, energi inilah yang antara lain menyebabkan pertumbuhan awan.
Data RH permukaan rata – rata untuk tanggal 9 maret 2009 di Staklim Banjarbaru adalah 89.25 %. Ini menunjukkan bahwa nilai RH cukup tinggi yang berarti mempunyai energi untuk terbentuknya awan sangat kuat.
4. Data Suhu Muka Laut ( Skala Global )
Dari data suhu muka laut terlihat suhu muka laut di perairan Indonesia khususnya Laut jawa menghangat yaitu sekitar 29 °C. Ini artinya di daerah tersebut banyak mempengaruhi untuk pertumbuhan awan.
Gambar 4.1 harga suhu muka laut
Dengan demikian potensi terjadinya Hujan dengan intensitas tinggi kemungkinan akan berlangsung sampai 2 – 3 hari kedepan apabila pola keadaan cuaca masih bertahan separti saat ini. Masih adanya gangguan – gangguan cuaca yang memicu terbentuknya daerah pertemuan angin sehingga mengakibatkan banyaknya pertumbuhan awan. (lihat gambar dibawah)
Data citra satelit tanggal 9 maret 2009 pukul 11.00 utc
Banjarbaru, 10 Maret 2009