met Puasa smuanya… :)

Agustus 19, 2009 at 3:25 pm (1)

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Met Puasa :)

Agustus 18, 2009 at 10:59 am (Islam)

Islamic Greeting Card by Alhabib. Visit www.al-habib.info for more greeting cards like this!

by Dee, 8 agt 2009

Permalink 2 Komentar

Interpretasi Citra Satelit IR MTSAT, Saat Hujan Lebat Pada Musim Kemarau di Wilayah Banjarbaru Kalsel

Juli 27, 2009 at 8:51 am (Citra Satelit MTSAT) (, , , , , , , )

by Dee

Berikut adalah Looping Citra satelit Infra Red MTSAT per satu jam pada tanggal 24 juli 2009 jam 08.00 – 18.00 Wita.

Ini di ambil pada saat kejadian hujan lebat di Wilayah Banjarbaru Kalimantan Selatan, hujan terjadi pada sore hari mulai pukul 16.00 Wita.

..

Dari Looping di atas terlihat pergerakan cakupan awan, pertumbuhan awan terlihat terjadi di laut jawa pada pagi hari, kemudian berkembang dan bergerak memasuki wilayah kalimantan selatan. ini juga di tunjang dengan proses konveksi di siang harinya.

Di atas ini merupakan looping citra satelit disertai kontur suhu puncak awan di wilayah Banjarbaru Kalimantan Selatan. Dari kontur tersebut terlihat adanya timeseries suhu puncak awan yang mengindikasikan ketebalan awan. Semakin dingin suhu tersebut awan semakin menjulang tinggi.

Berikut grafik Timeseries suhu puncak awan di Wilayah Banjarbaru (3.40 S – 114.92 E)

Presentation1

Dari Grafik di atas, terlihat suhu puncak awan mencapai -60 C. Hal ini mengindikasikan bahwa pada saat itu awan yang terbentuk pada wilayah tersebut menjulang tinggi. Data tersebut linier dengan terjadinya hujan lebat di sertai angin kencang di wilayah tersebut.

Kesimpulan :

Terjadinya Hujan Lebat disertai angin kencang dan petir dapat diprediksi dengan memonitoring citra satelit dan suhu puncak awan. Suhu puncak awan dapat mengindikasikan ketebalan awan. Semakin dingin suhu tersebut semakin menjulang tinggi awan yang terbentuk. studi kasus di atas suhu puncak awan mencapai -60 C,  ini dapat menyebabkan hujan lebat disertai angin kencang di Wilayah tersebut. Ini terjadi pada saat pertumbuhan awan berakhir maka sudah tidak adanya udara ke atas (updraft), sehingga hanya ada udara ke bawah (downdraft). Downdraft maksimum terjadi di dasar awan dengan perubahan suhu semakin dingin dan perubahan tekanan semakin rendah yang cepat. Downdraft inilah yang dikenal sebagai angin kencang atau gusty.

referensi

ftp:/mtsat.bmg.go.id

Permalink 1 Komentar

HUJAN DERAS DAN ANGIN KENCANG TELAH MEROBOHKAN BALIHO RAKSASA DI BANJARMASIN

Mei 11, 2009 at 2:50 am (CUACA DAN IKLIM) (, , , , , )

ANALISIS KONDISI CUACA PADA TANGGAL 10 MEI 2009

YANG MENYEBABKAN TERJADINYA HUJAN DERAS DISERTAI ANGIN KENCANG YANG MERUSAK

DI WILAYAH BANJARMASIN DAN SEKITARNYA

Oleh : D Handiana

LATAR BELAKANG

Pada bulan Mei ini, dilihat dari gerak semu tahunan posisi matahari berada di sebelah utara equator tepatnya 14⅓ ºN. Hal ini menyebabkan pola tekanan, yakni banyaknya pusat tekanan rendah umumnya berada di utara equator (BBU) dan pusat tekanan tinggi umumnya berada di selatan equator. Hal ini menyebabkan pola angin di wilayah Indonesia bagian utara khatulistiwa umumnya dari arah Tenggara – Barat Daya, sedangkan di selatan khatulistiwa umumnya dari arah Timur – Tenggara. Kondisi umum di atas terjadi jika tidak ada gangguan – gangguan cuaca lain.

Awal dari terbentuknya fenomena cuaca angin kencang ini disebabkan karena adanya banyak adanya pertumbuhan awan – awan Cumullus yang kemudian tumbuh menjadi awan – awan Cumulonimbus (Cb), awan Cb ini yang kemudian mengakibatkan adanya hujan deras, kilat, petir, guntur dan angin kencang. Awan – awan Cumullus yang kemudian tumbuh menjadi awan Cb ini merupakan awan konvektif yang dibentuk dari keadaan udara yang labil akibat adanya pemanasan secara intensif pada udara lembab dan diperkuat oleh adanya pengangkatan udara akibat adanya mekanisme penumpukan massa udara (konvergensi) dan pusaran eddy ataupun adanya pusat tekanan rendah (Low).

Berikut analisis keadaan cuaca pada saat kejadian hujan deras disertai angin kencang yang merobohkan baliho raksasa berkaki tiga di jalan A Yani Km Banjarmasin(Banjarmasin Post) dan terjadi pula di wilayah banjarbaru pada tanggal 10 Mei 2009.

ANALISIS KEJADIAN ANGIN KENCANG

1. Analisis Pola Medan Angin pada tanggal 9, 10 dan 11 Mei 2009

9 mei

(Gambar 1. data medan angin 3000feet tanggal 9 mei 2009 jam 20.00 Wita. Sumber : Bom)

Dari data medan angin pada tanggal 9 Mei jam 20.00 Wita diketahui adanya pusaran Eddy di Selat Malaka yang mengakibatkan massa udara masuk menuju pusaran tersebut dan juga mengakibatkan terbentuk adanya daerah pertumpukan massa udara (konvergensi) yang memanjang di wilayah kalimantan yang masuk menuju pusaran tersebut.

10 mei 00

(Gambar 2. Data medan angin 3000feet tanggal 10 mei 2009 jam 08.00 Wita Sumber :Bom)

Pada tanggal 10 Mei jam 08.00 Wita diketahui pola angin di wilayah kalimantan masih dipengaruhi oleh adanya pusaran di selat malaka yang mengakibatkan pola angin timuran berbelok dan terkumpul menuju pusaran tersebut. Pola angin yang terjadi pada jam 20.00 Wita terdapat pusat tekanan rendah (LOW) di sebelah barat daya Sumatera sehingga pola angin di wilayah kalimantan yang awalnya pola timuran dibelokkan menuju Low tersebut yang mengakibatkan pertumpukan (konvergensi) di wilayah kalimantan sampai laut jawa dan pulau jawa bagian barat.

10 mei 12

(Gambar 3. Data medan angin 3000feet tanggal 10 mei 2009 jam 20.00 Wita. Sumber : Bom)

11 mei 00

(Gambar 4. Data medan Angin 3000feet tanggal 11 mei 2009 jam 08.00 Wita. Sumber : Bom)

Pada tanggal 11 Mei jam 08.00 Wita masih adanya pusat tekanan rendah di sebelah barat daya sumatera dan adanya pusaran eddy di selat malaka yang mengakibatkan masih bertahannya pola penumpukan massa udara di wilayah Kalimantan khususnya wilayah kalimantan selatan.

Dari ketiga tanggal tersebut terlihat adanya gangguan cuaca seperti eddy circulation dan Pusat tekanan rendah (Low) yang mengakibatkan adanya penumpukan massa udara (konvergensi) di Wilayah Kalimantan Selatan yang memperkuat mekanisme pengangkatan udara dalam proses pembentukan awan.

2. Analisis Data Citra Satelit

citra satelit(Gambar 5. Citra Satelit IR Tanggal 10 Mei 2009 jam 15.00 – 18.00  Wita)

Dari data di atas terlihat banyaknya cakupan awan menutupi hampir seluruh kalimantan Selatan. Cakupan awan inilah yang mengakibatkan terjadinya hujan deras disertai angin kencang di Wilayah Banjarmasin dan Banjarbaru.

3. Analisis Data Cuaca Yang Teramati di BMG Banjarbaru

  • Analisis Data Suhu Udara Permukaan

data suhu

Dari grafik di atas terlihat pada tanggal 9 mei (Sebelum Kejadian) rata – rata suhu udara paling besar, hal ini berarti pada saat itu terjadi proses konveksi yang cukup intensif. Pada saat terjadi angin kencang yaitu pada tanggal 10 Mei, terlihat suhu pada jam 8.00 – 13.00 cukup besar hal ini juga menunjukkan telah terjadi proses konveksi, terlihat banyaknya pertumbuhan awan – awan cumullus yang kemudian tumbuh menjadi awan cumulonimbus (Cb).

  • Analisis data Radiasi Matahari, Penguapan dan Lamanya Penyinaran Matahari

data radiasi

Dari data Radiasi Matahari terlihat nilai Radiasi Matahari pada tanggal 8 dan 9 Mei relatif besar yaitu 290,8 kal cmhari dan 333,1 kal cmhari. Kemudian dari data Lamanya Penyinaran Matahari pada tanggal 8 dan 9 mei sebesar 70 % atau 8,4 jam lamanya matahari bersinar.

Dari kedua data tersebut dapat disimpulkan kuatnya proses konveksi pada saat sebelum kejadian angin kencang tersebut dan didukung pula oleh besarnya penguapan sebelum kejadian yaitu 9,3 mm.

  • Analisis Data Angin pada saat kejadian tanggal 10 Mei 2009

data angin

Terlihat dari data angin, bahwa angin umumnya bertiup dari timur laut dengan kecepatan maksimum 10 knot.

  • Analisis data hujan di banjarbaru

data hujan

Terlihat pada tanggal 8 dan 9 Mei (sebelum kejadian) tidak terjadi hujan, ini merupakan masa proses konveksi. Hujan deras terjadi pada saat kejadian angin kencang tercatat 27,8 mm.

4. Analisis Data Pendukung

image031

(Gambar 6. Robohnya Baliho Raksasa, Antena dan Awan pada Tanggal 10 Mei 2009 di Banjarmasin

Sumber : Banjarmasin Post)

Dari gambar di atas terlihat awan hitam yang merupakan awan Cumulonimbus di atas kota Banjarmasin sesaat sebelum hujan deras yang disertai angin kencang.

Hujan Deras, petir dan disertai angin kencang merobohkan baliho raksasa di jalan A Yani Km 5 banjarmasin dan juga merobohkan antena di Jalan perintis kemerdekaan yang menghancurkan rumah warga. Ini terjadi pada hari Minggu tanggal 10 Mei 2009 sekitar pukul 15.00 Wita.

Banjarbaru, 11 mei 2009

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

WASPADAI MASA TRANSISI DI KALIMANTAN SELATAN

Maret 28, 2009 at 9:17 am (CUACA DAN IKLIM) (, , , )

WASPADAI MASA TRANSISI

(PERALIHAN MUSIM HUJAN MENUJU KEMARAU)… ???????

Oleh : Dian handiana

Masa transisi atau lebih dikenal pancaroba merupakan suatu masa peralihan dari musim hujan menuju musim kemarau. Masa transisi ini terbagi menjadi dua masa, yaitu transisi dari musim hujan menuju musim kemarau dan transisi dari musim kemarau menuju musim hujan. Masa transisi dari musim hujan menuju musim kemarau ditandai dengan berakhirnya angin baratan (monsoon baratan). Masa transisi ini terjadi akibat adanya gerak semu/relatif matahari, dimana pada masa ini matahari berada di equator (equinox) dan akan menuju ke arah utara (23,5 °N) atau pada akhir bulan maret sampai bulan mei.

image002

Ketika posisi matahari tepat di equator (equinox), radiasi matahari yang diterima di wilayah equator sangat besar. Hal ini terkait sudut datang matahari yang tegak lurus terhadap wilayah equator.

image004

WILAYAH KALIMANTAN SELATAN BERPELUANG BESAR ADANYA ANGIN KENCANG DAN PUTING BELIUNG DI MASA TRANSISI… ??!!

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan perairan sekitar 70% dengan panjang seluruh garis pantai 80.791 km. Hal ini berarti wilayah indonesia mempunyai banyak sumber uap air yang menyimpan energi yang sangat besar dalam proses pembentukan di atmosfer.

Pemanasan / radiasi matahari yang sangat besar ini terjadi pada masa transisi, hal inilah yang menyebabkan banyaknya pertumbuhan awan – awan konvektif pada masa ini. Di tambah lagi wilayah Kalimantan selatan dekat dengan garis equator dan menyimpan sumber uap air yang melimpah, terletak diapit oleh laut jawa dan selat makasar. Pemanasan yang sangat intensif dan kedaan udara yang lembab akan terbentuk awan – awan konvektif yang menjulang tinggi hingga dapat mencapai ketinggian 9–13 Km dan selalu lebih tinggi untuk daerah tropis. Perkembangan awan –awan konfektif dimulai dari pertumbuhan awan – awan cumulus dan berkembang tumbuh menjadi awan cumulonimbus (Cb) yang menjulang tinggi. Awan Cb yang menjulang tinggi ini yang kemudian menimbulkan adanya hujan deras, kilat, petir, guntur, dan angin kencang serta angin puting beliung.

image006Gambar pertumbuhan awan Cumulus

(diambil di jln trikora banjarbaru KalSel pkl 14.00 WITA)

Angin kencang yang merusak terjadi pada saat daur kehidupan awan Cb mencapai tahap dewasa (mature stage), terjadi akibat adanya arus turun (down draft) dimana arus turun paling besar atau maksimum terdapat pada bagian bawah awan atau dasar awan dengan kecepatan turun mencapai 0,8 – 1 km/menit. Arus turun tersebut dapat menimbulkan perubahan mendadak pada kekuatan angin dan penurunan mendadak pada suhu, dan kenaikan tekanan udara di bawah awan. Arus turun yang sangat kuat ini disebut down brust. Arus angin ini dapat mengakibatkan banyak pohon tumbang dan atap rumah beterbangan.

Karena itu langkah antisipasi dan mitigasi awal bagi masyarakat adalah perlu memahami penyebab dan gejala awal angin kencang dan puting beliung ini, Gejala awal yang biasa muncul sebelum datangnya angin kencang dan puting beliung di antaranya adalah

  • Jika dalam satu hari sebelumnya udara pada malam hingga pagi dirasakan sangat panas dan gerah,
  • Disusul pada sekitar pukul 09.00-11.00 WITA terlihat pertumbuhan awan cumulus yang berlapis-lapis. Apalagi jika di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepi sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi yang secara visual dapat diamati seperti bunga kol,
  • Tahap berikutnya, awan tersebut tiba-tiba berubah warna dari putih keabuan menjadi hitam pekat. Jika awan itu sudah berubah menjadi culumunimbus (CB) maka perlu diamati pepohonan di sekitar apakah dahan dan dedauan bergoyang cepat karena tiupan angin apalagi tiupan angin dirasakan dingin,
  • Jika feomena ini terjadi maka hujan deras di sertai adanya petir dan angin kencang sudah menjelang di sekitar kita.
  • Fenomena ini dapat terjadi sore dan malam hari,
  • Kejadian ini paling lama sekitar satu jam sesuai daur hidup awan pada saat itu.

Banjarbaru, 28 maret 2009

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

ANALISA HUJAN EKSTRIM DI BANJARBARU

Maret 11, 2009 at 11:18 am (CUACA DAN IKLIM) (, , , , )

ANALISIS HUJAN EKSTRIM ( 46.7 mm/hari) DI STAKLIM BANJARBARU

PADA TANGGAL 9-10 MARET 2009
oleh : D. Handiana

Hujan terjadi pada malam hari ini diakibatkan oleh banyaknya pertumbuhan awan di Wilayah Banjarbaru, terlihat dari data di Staklim Banjarbaru (form Me 48 tgl 9 maret). Banyaknya pertumbuhan awan yang menghasilkan hujan lebat yang cukup lama ini diakibatkan oleh beberapa faktor :

1. Skala regional

Terdapat adanya gangguan cuaca yaitu adanya pertemuan/pengumpulan masa udara dari Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan (konvergensi) di sekitar wilayah Laut Jawa – Kalimantan Selatan. (Lihat gambar 1.1). Adanya pertemuan massa udara tersebut dapat memperkuat mekanisme pembentukan awan

image001

image002

Gambar 1.1 medan angin 3000 feet tanggal 9 maret 2009 dan normal medan angin bulan maret

image004

image006Gambar 1.2 data medan angin 3000 feet (www.bom.gov.au)

Adanya pertemuan massa udara tersebut, terlihat pada medan angin karena adanya Pusat Tekanan rendah yang kuat (Tropical Cyclone Hamish 948mb) sehingga semua massa udara tertuju pada Pusat tekanan tersebut. Adanya Pusat Tekanan Tinggi (High) di BBU dan Adanya Pusat Tekanan Rendah di Sebelah Barat Daya Jawa mengakibatkan terjadinya pertemuan massa udara yang memanjang di sekitar wilayah Laut Jawa menuju Pusat Tekana Rendah di sebelah timur Australia.

2. Proses Konvektif

Suhu konvektif yaitu besarnya suhu udara permukaan yang diperlukan untuk proses pengangkatan parcel udara secara konvektif yang diperoleh dari pemanasan matahari pada lapisan permukaan tanah. Pertumbuhan awan yang terjadi selain karena pertemuan massa udara tersebut, di akibatkan pula oleh proses konvetif. Ini terlihat dari data suhu permukaan yang mencapai 30.2 °C dan ditandai oleh adanya awan – awan Cummulus yang merupakan awan konvektif.

3. Data Kelembaban (RH) Permukaan

Kelembaban/ Humidity (RH) merupakan jumlah uap air yang dikandung dalam atmosfer. Uap air menyimpan energi yang sangat besar dalam proses pembentukan awan di Atmosfer, energi inilah yang antara lain menyebabkan pertumbuhan awan.
Data RH permukaan rata – rata untuk tanggal 9 maret 2009 di Staklim Banjarbaru adalah 89.25 %. Ini menunjukkan bahwa nilai RH cukup tinggi yang berarti mempunyai energi untuk terbentuknya awan sangat kuat.

4. Data Suhu Muka Laut ( Skala Global )

Dari data suhu muka laut terlihat suhu muka laut di perairan Indonesia khususnya Laut jawa menghangat yaitu sekitar 29 °C. Ini artinya di daerah tersebut banyak mempengaruhi untuk pertumbuhan awan.

image008

Gambar 4.1 harga suhu muka laut

Dengan demikian potensi terjadinya Hujan dengan intensitas tinggi kemungkinan akan berlangsung sampai 2 – 3 hari kedepan apabila pola keadaan cuaca masih bertahan separti saat ini. Masih adanya gangguan – gangguan cuaca yang memicu terbentuknya daerah pertemuan angin sehingga mengakibatkan banyaknya pertumbuhan awan. (lihat gambar dibawah)

image010image012

Data citra satelit tanggal 9 maret 2009 pukul 11.00 utc

Banjarbaru, 10 Maret 2009

Permalink 1 Komentar