HUJAN DERAS DAN ANGIN KENCANG TELAH MEROBOHKAN BALIHO RAKSASA DI BANJARMASIN
ANALISIS KONDISI CUACA PADA TANGGAL 10 MEI 2009
YANG MENYEBABKAN TERJADINYA HUJAN DERAS DISERTAI ANGIN KENCANG YANG MERUSAK
DI WILAYAH BANJARMASIN DAN SEKITARNYA
Oleh : D Handiana
LATAR BELAKANG
Pada bulan Mei ini, dilihat dari gerak semu tahunan posisi matahari berada di sebelah utara equator tepatnya 14⅓ ºN. Hal ini menyebabkan pola tekanan, yakni banyaknya pusat tekanan rendah umumnya berada di utara equator (BBU) dan pusat tekanan tinggi umumnya berada di selatan equator. Hal ini menyebabkan pola angin di wilayah Indonesia bagian utara khatulistiwa umumnya dari arah Tenggara – Barat Daya, sedangkan di selatan khatulistiwa umumnya dari arah Timur – Tenggara. Kondisi umum di atas terjadi jika tidak ada gangguan – gangguan cuaca lain.
Awal dari terbentuknya fenomena cuaca angin kencang ini disebabkan karena adanya banyak adanya pertumbuhan awan – awan Cumullus yang kemudian tumbuh menjadi awan – awan Cumulonimbus (Cb), awan Cb ini yang kemudian mengakibatkan adanya hujan deras, kilat, petir, guntur dan angin kencang. Awan – awan Cumullus yang kemudian tumbuh menjadi awan Cb ini merupakan awan konvektif yang dibentuk dari keadaan udara yang labil akibat adanya pemanasan secara intensif pada udara lembab dan diperkuat oleh adanya pengangkatan udara akibat adanya mekanisme penumpukan massa udara (konvergensi) dan pusaran eddy ataupun adanya pusat tekanan rendah (Low).
Berikut analisis keadaan cuaca pada saat kejadian hujan deras disertai angin kencang yang merobohkan baliho raksasa berkaki tiga di jalan A Yani Km Banjarmasin(Banjarmasin Post) dan terjadi pula di wilayah banjarbaru pada tanggal 10 Mei 2009.
ANALISIS KEJADIAN ANGIN KENCANG
1. Analisis Pola Medan Angin pada tanggal 9, 10 dan 11 Mei 2009
(Gambar 1. data medan angin 3000feet tanggal 9 mei 2009 jam 20.00 Wita. Sumber : Bom)
Dari data medan angin pada tanggal 9 Mei jam 20.00 Wita diketahui adanya pusaran Eddy di Selat Malaka yang mengakibatkan massa udara masuk menuju pusaran tersebut dan juga mengakibatkan terbentuk adanya daerah pertumpukan massa udara (konvergensi) yang memanjang di wilayah kalimantan yang masuk menuju pusaran tersebut.
(Gambar 2. Data medan angin 3000feet tanggal 10 mei 2009 jam 08.00 Wita Sumber :Bom)
Pada tanggal 10 Mei jam 08.00 Wita diketahui pola angin di wilayah kalimantan masih dipengaruhi oleh adanya pusaran di selat malaka yang mengakibatkan pola angin timuran berbelok dan terkumpul menuju pusaran tersebut. Pola angin yang terjadi pada jam 20.00 Wita terdapat pusat tekanan rendah (LOW) di sebelah barat daya Sumatera sehingga pola angin di wilayah kalimantan yang awalnya pola timuran dibelokkan menuju Low tersebut yang mengakibatkan pertumpukan (konvergensi) di wilayah kalimantan sampai laut jawa dan pulau jawa bagian barat.
(Gambar 3. Data medan angin 3000feet tanggal 10 mei 2009 jam 20.00 Wita. Sumber : Bom)
(Gambar 4. Data medan Angin 3000feet tanggal 11 mei 2009 jam 08.00 Wita. Sumber : Bom)
Pada tanggal 11 Mei jam 08.00 Wita masih adanya pusat tekanan rendah di sebelah barat daya sumatera dan adanya pusaran eddy di selat malaka yang mengakibatkan masih bertahannya pola penumpukan massa udara di wilayah Kalimantan khususnya wilayah kalimantan selatan.
Dari ketiga tanggal tersebut terlihat adanya gangguan cuaca seperti eddy circulation dan Pusat tekanan rendah (Low) yang mengakibatkan adanya penumpukan massa udara (konvergensi) di Wilayah Kalimantan Selatan yang memperkuat mekanisme pengangkatan udara dalam proses pembentukan awan.
2. Analisis Data Citra Satelit
(Gambar 5. Citra Satelit IR Tanggal 10 Mei 2009 jam 15.00 – 18.00 Wita)
Dari data di atas terlihat banyaknya cakupan awan menutupi hampir seluruh kalimantan Selatan. Cakupan awan inilah yang mengakibatkan terjadinya hujan deras disertai angin kencang di Wilayah Banjarmasin dan Banjarbaru.
3. Analisis Data Cuaca Yang Teramati di BMG Banjarbaru
- Analisis Data Suhu Udara Permukaan
Dari grafik di atas terlihat pada tanggal 9 mei (Sebelum Kejadian) rata – rata suhu udara paling besar, hal ini berarti pada saat itu terjadi proses konveksi yang cukup intensif. Pada saat terjadi angin kencang yaitu pada tanggal 10 Mei, terlihat suhu pada jam 8.00 – 13.00 cukup besar hal ini juga menunjukkan telah terjadi proses konveksi, terlihat banyaknya pertumbuhan awan – awan cumullus yang kemudian tumbuh menjadi awan cumulonimbus (Cb).
- Analisis data Radiasi Matahari, Penguapan dan Lamanya Penyinaran Matahari
Dari data Radiasi Matahari terlihat nilai Radiasi Matahari pada tanggal 8 dan 9 Mei relatif besar yaitu 290,8 kal cmhari dan 333,1 kal cmhari. Kemudian dari data Lamanya Penyinaran Matahari pada tanggal 8 dan 9 mei sebesar 70 % atau 8,4 jam lamanya matahari bersinar.
Dari kedua data tersebut dapat disimpulkan kuatnya proses konveksi pada saat sebelum kejadian angin kencang tersebut dan didukung pula oleh besarnya penguapan sebelum kejadian yaitu 9,3 mm.
- Analisis Data Angin pada saat kejadian tanggal 10 Mei 2009
Terlihat dari data angin, bahwa angin umumnya bertiup dari timur laut dengan kecepatan maksimum 10 knot.
- Analisis data hujan di banjarbaru
Terlihat pada tanggal 8 dan 9 Mei (sebelum kejadian) tidak terjadi hujan, ini merupakan masa proses konveksi. Hujan deras terjadi pada saat kejadian angin kencang tercatat 27,8 mm.
4. Analisis Data Pendukung
(Gambar 6. Robohnya Baliho Raksasa, Antena dan Awan pada Tanggal 10 Mei 2009 di Banjarmasin
Sumber : Banjarmasin Post)
Dari gambar di atas terlihat awan hitam yang merupakan awan Cumulonimbus di atas kota Banjarmasin sesaat sebelum hujan deras yang disertai angin kencang.
Hujan Deras, petir dan disertai angin kencang merobohkan baliho raksasa di jalan A Yani Km 5 banjarmasin dan juga merobohkan antena di Jalan perintis kemerdekaan yang menghancurkan rumah warga. Ini terjadi pada hari Minggu tanggal 10 Mei 2009 sekitar pukul 15.00 Wita.
Banjarbaru, 11 mei 2009
WASPADAI MASA TRANSISI DI KALIMANTAN SELATAN
WASPADAI MASA TRANSISI
(PERALIHAN MUSIM HUJAN MENUJU KEMARAU)… ???????
Oleh : Dian handiana
Masa transisi atau lebih dikenal pancaroba merupakan suatu masa peralihan dari musim hujan menuju musim kemarau. Masa transisi ini terbagi menjadi dua masa, yaitu transisi dari musim hujan menuju musim kemarau dan transisi dari musim kemarau menuju musim hujan. Masa transisi dari musim hujan menuju musim kemarau ditandai dengan berakhirnya angin baratan (monsoon baratan). Masa transisi ini terjadi akibat adanya gerak semu/relatif matahari, dimana pada masa ini matahari berada di equator (equinox) dan akan menuju ke arah utara (23,5 °N) atau pada akhir bulan maret sampai bulan mei.
Ketika posisi matahari tepat di equator (equinox), radiasi matahari yang diterima di wilayah equator sangat besar. Hal ini terkait sudut datang matahari yang tegak lurus terhadap wilayah equator.
WILAYAH KALIMANTAN SELATAN BERPELUANG BESAR ADANYA ANGIN KENCANG DAN PUTING BELIUNG DI MASA TRANSISI… ??!!
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan perairan sekitar 70% dengan panjang seluruh garis pantai 80.791 km. Hal ini berarti wilayah indonesia mempunyai banyak sumber uap air yang menyimpan energi yang sangat besar dalam proses pembentukan di atmosfer.
Pemanasan / radiasi matahari yang sangat besar ini terjadi pada masa transisi, hal inilah yang menyebabkan banyaknya pertumbuhan awan – awan konvektif pada masa ini. Di tambah lagi wilayah Kalimantan selatan dekat dengan garis equator dan menyimpan sumber uap air yang melimpah, terletak diapit oleh laut jawa dan selat makasar. Pemanasan yang sangat intensif dan kedaan udara yang lembab akan terbentuk awan – awan konvektif yang menjulang tinggi hingga dapat mencapai ketinggian 9–13 Km dan selalu lebih tinggi untuk daerah tropis. Perkembangan awan –awan konfektif dimulai dari pertumbuhan awan – awan cumulus dan berkembang tumbuh menjadi awan cumulonimbus (Cb) yang menjulang tinggi. Awan Cb yang menjulang tinggi ini yang kemudian menimbulkan adanya hujan deras, kilat, petir, guntur, dan angin kencang serta angin puting beliung.
Gambar pertumbuhan awan Cumulus
(diambil di jln trikora banjarbaru KalSel pkl 14.00 WITA)
Angin kencang yang merusak terjadi pada saat daur kehidupan awan Cb mencapai tahap dewasa (mature stage), terjadi akibat adanya arus turun (down draft) dimana arus turun paling besar atau maksimum terdapat pada bagian bawah awan atau dasar awan dengan kecepatan turun mencapai 0,8 – 1 km/menit. Arus turun tersebut dapat menimbulkan perubahan mendadak pada kekuatan angin dan penurunan mendadak pada suhu, dan kenaikan tekanan udara di bawah awan. Arus turun yang sangat kuat ini disebut down brust. Arus angin ini dapat mengakibatkan banyak pohon tumbang dan atap rumah beterbangan.
Karena itu langkah antisipasi dan mitigasi awal bagi masyarakat adalah perlu memahami penyebab dan gejala awal angin kencang dan puting beliung ini, Gejala awal yang biasa muncul sebelum datangnya angin kencang dan puting beliung di antaranya adalah
- Jika dalam satu hari sebelumnya udara pada malam hingga pagi dirasakan sangat panas dan gerah,
- Disusul pada sekitar pukul 09.00-11.00 WITA terlihat pertumbuhan awan cumulus yang berlapis-lapis. Apalagi jika di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepi sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi yang secara visual dapat diamati seperti bunga kol,
- Tahap berikutnya, awan tersebut tiba-tiba berubah warna dari putih keabuan menjadi hitam pekat. Jika awan itu sudah berubah menjadi culumunimbus (CB) maka perlu diamati pepohonan di sekitar apakah dahan dan dedauan bergoyang cepat karena tiupan angin apalagi tiupan angin dirasakan dingin,
- Jika feomena ini terjadi maka hujan deras di sertai adanya petir dan angin kencang sudah menjelang di sekitar kita.
- Fenomena ini dapat terjadi sore dan malam hari,
- Kejadian ini paling lama sekitar satu jam sesuai daur hidup awan pada saat itu.
Banjarbaru, 28 maret 2009